BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahan bakar minyak atau lebih dikenal dengan BBM di Indonesia merupakan salah satu sumber energi utama terutama bagi kendaraan umum maupun pribadi, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya. Tak dapat dipungkiri, BBM yang kian lama menjadi suatu konsumsi utama bagi dan harus dipenuhi bagi para pemilik kendaraan bermotor, bahkan juga memegang peran yang cukup penting bagi sektor perdagangan di Indonesia. Banyaknya sektor-sektor perdagangan yang memerlukan BBM sebagai sumber tenaga untuk menjalankan kegiatan perdagangan mereka, membuat BBM menjadi semakin sulit untuk dimanfaatkan secara maksimal. Di beberapa lokasi di Indonesia banyak terjadi kelangkaan BBM, akibatnya banyak menimbulkan kerugian yang cukup signifikan di sektor perdagangan. Bahkan pemerintah akhir-akhir ini mulai memberlakukan sebuah peraturan baru yaitu pembatasan BBM bersubsidi yang dimana diartikan dengan pembelian BBM bersubsidi khususnya jenis Premium hanya untuk tipe kendaraan tertentu, sedangkan untuk kendaraan pribadi dengan tahun pembuatan lebih awal diharapkan memakai dan beralih ke penggunaan BBM jenis Pertamax. Banyak Pro dan Kontra mengenai peraturan pemerintah ini. Lalu bagaimana pemecahannya? Akan kita bahas lebih lanjut pada makalah kali ini.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah kali ini adalah agar pembahasan mengenai Pengaruh Pembatasan BBM bagi sektor Perdagangan dapat lebih jelas dan lebih tepat sasaran pada tujuan yang sudah ditetapkan. Di dalam makalah ini juga terdapat beberapa pembahasan mengenai pengaruh pembatasan BBM dan cara pemecahannya.
C. RUMUSAN MASALAH
Pengaruh Pembatasan BBM bagi sektor perdagangan di Indonesia sangatlah membawa dampak yang cukup signifikan, baik itu positif maupun negatif. Di satu sisi, pembatasan subsidi dapat mengurangi pengeluaran jumlah BBM di Indonesia jadi dapat lebih menghemat pengeluaran, rakyat menengah ke atas pun diharapkan lebih dapat tepat sasaran dengan dianjurkan memakai produk BBM jenis Pertamax (karena menurut sebagian rakyat menengah kebawah, rakyat menengah ke atas memang seharusnya memakai jenis Pertamax karena mereka lebih mampu untuk membeli jenis itu dibanding rakyat menengah kebawah yang penghasilannya pun pas-pasan). Namun ada juga beberapa dampak negatif yaitu dapat mengurangi jumlah produksi pada pengusaha-pengusaha kecil atau menengah. Karena, sebesar atau sekecil apapun kenaikan pada harga BBM, sangat mempengaruhi kehidupan mereka.
BAB 2 PEMBAHASAN
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Bahan BakarMinyak merupakan salah satu sumber tenaga yang amat penting dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Mulai dari rakyat kecil seperti supir angkutan umum, mahasiswa, pegawai, dan sampai tidak terkecuali para pedagang. Para pedagang umumnya membutuhkan BBM untuk menjalankan usaha mereka seperti kegiatan distribusi, dan operasional pabrik. Tentunya para pedagang kecil maupun menengah hingga ke atas, membutuhkan BBM yang tidak sedikit. Mereka tidak dapat menjalankan kegiatan mereka secara optimal jika salah satu sumber tenaga yang berperan cukup penting tidak tersedia dengan baik. Baru-baru ini kelangkaan bahan bakar minyak kembali lagi terjadi khususnya di kota-kota di luar Jakarta.
Umumnya hal ini disebabkan oleh proses pengiriman yang tidak lancar, kecelakaan dalam proses pengantaran dan sebagainya. Namun belum sempat masalah tersebut disielesaikan, pemerintah mengumumkan akan membatasi penggunaan BBM bagi seluruh lapisan masyarakat. Tetapi sepertinya hal ini lebih ditujukan untuk "mengerjai" kembali rakyat ataupun pedagang-pedagang kecil yang mengandalkan BBM murah jenis Premium untuk menjalankan kehidupan sehari-hari.
Kabar Pemerintah tersebut memang sudah lama beredar, namun kabarnya memang baru akan direalisasikan tahun ini (atau mungkin beberapa waktu kedepan). Bagaimana rakyat bisa bertahan dalam kondisi seperti ini jikalau BBM yang tersedia pun kadang-kadang susah ditemukan? Kalaupun ada, harga melambung tinggi dan pembelian sangat dibatasi.
Tentunya hal ini membawa dampak negatif bagi kalangan rakyat dan pedagang kecil.
Seperti dikutip dari Harian KOMPAS berikut :
JAKARTA, KOMPAS.com — Pembatasan konsumsi bahan bakar minyak subsidi mengancam laju inflasi tahun depan. Badan Pusat Statistik memperkirakan kebijakan yang berlaku mulai tahun depan itu akan memecut inflasi hingga 8 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan, pembatasan BBM subsidi memberikan pengaruh yang besar pada kenaikan harga barang. Berdasarkan perhitungan BPS, bobot pengaruh penggunaan angkutan terhadap inflasi sebesar 4,3 persen.
Angkutan yang dimaksud adalah angkutan darat dalam kota, lintas antarkota, dan angkutan udara, sedangkan bobot angkutan kota saja hanya sebesar 2,9 persen. Namun, Rusman mengatakan, pengaruh angkutan itu tidak akan berhasil apabila tidak terkena pembatasan konsumsi BBM subsidi.
Adapun bobot pengaruh angkutan pribadi terhadap inflasi sebesar 3 persen. Rusman menghitung, seandainya hanya 1,5 persen yang menggunakan BBM subsidi dan sisanya 1,5 persen menggunakan BBM nonsubsidi dengan disparitas harga sekitar Rp 2.000, maka pengaruh terhadap inflasi sebesar 0,6 persen. "Tetapi, kami belum tahu berapa besar rumah tangga yang menggunakan BBM subsidi atau tidak," ujar Rusman kepada KONTAN, Minggu (28/11/2010).
Asal tahu saja, pemerintah akan memberlakukan pembatasan konsumsi BBM subsidi mulai tahun depan. Bagaimana teknis pelaksanaannya, pemerintah masih harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan DPR. (Irma Yani/Kontan)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan, pembatasan BBM subsidi memberikan pengaruh yang besar pada kenaikan harga barang. Berdasarkan perhitungan BPS, bobot pengaruh penggunaan angkutan terhadap inflasi sebesar 4,3 persen.
Angkutan yang dimaksud adalah angkutan darat dalam kota, lintas antarkota, dan angkutan udara, sedangkan bobot angkutan kota saja hanya sebesar 2,9 persen. Namun, Rusman mengatakan, pengaruh angkutan itu tidak akan berhasil apabila tidak terkena pembatasan konsumsi BBM subsidi.
Adapun bobot pengaruh angkutan pribadi terhadap inflasi sebesar 3 persen. Rusman menghitung, seandainya hanya 1,5 persen yang menggunakan BBM subsidi dan sisanya 1,5 persen menggunakan BBM nonsubsidi dengan disparitas harga sekitar Rp 2.000, maka pengaruh terhadap inflasi sebesar 0,6 persen. "Tetapi, kami belum tahu berapa besar rumah tangga yang menggunakan BBM subsidi atau tidak," ujar Rusman kepada KONTAN, Minggu (28/11/2010).
Asal tahu saja, pemerintah akan memberlakukan pembatasan konsumsi BBM subsidi mulai tahun depan. Bagaimana teknis pelaksanaannya, pemerintah masih harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan DPR. (Irma Yani/Kontan)
Adapaun di sebuah situs lain sebagai berikut :
Dua Juta Karyawan Terancam
16 Dec 2010
Jika Kebijakan BBM tak Diikuti Regulasi Pendukung Sektor Usaha
BANDUNG, (PR).-
Dalam jangka panjang, kebijakan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bisa menjadi salah satu faktor pemicu pemutusan hubungan kerja (PHK). Sedikitnya, 10 persen tenaga kerja di Jabar atau 1,9 juta hingga 2 juta karyawan terancam kehilangan pekerjaan jika kebijakan tersebut tidak diikuti dengan regulasi yang mendukung sektor usaha. Hal itu dikemukakan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat Deddy Widjaja di Bandung, Rabu (15/12).
Untuk itu, Ia meminta pemerintah mempertimbangkan rencana pembatasan konsumsi BBM bersubsidi bagi mobil pelat hitam dan mengajak pelaku usaha untuk duduk bersama membicarakan masalah tersebut, termasuk mengkaji dampaknya terhadap industri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah tenaga kerja di Jabar per Februari 2010 mencapai 19,21 juta jiwa. Menurut Deddy, jumlah tenaga kerja yang terdaftar sebagai anggota Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) baru sekitar 2 juta orang.
Diakui Deddy, larangan penggunaan BBM bersubsidi memang bukan semata-mata penyebab langsung. Ini hanya salah satu faktor penyebab. Dampak yang dirasakan sektor industri bervariasi dan yang terburuk diprediksi akan menimpa sektor tekstil dan produk tekstil yang saat ini sedang digoyang kenaikan harga bahan baku.
"Sekarang saja karena harga kapas terus melambung, banyakindustri tekstil yang hampir jatuh. Kalau kondisi tidak membaik, mungkin Februari atau Maret sudah ada yang merumahkan karyawannya. Kalau ditambah dengan pembatasan BBM bersubsidi, mungkin akan lebih banyak lagi," ujarnya.
Deddy mengungkapkan, pada dasarnya, dampak langsung dari kenaikan harga BBM terhadap kenaikan biaya distribusi dan transportasi terbilang kecQ. Namun, kebijakan ini juga akan mendorong kenaikan harga bahan baku dan kenaikan ikutan lainnya.
Makin berat
Pengamat ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Ina Primi-ana, mengatakan, sektor industri akan semakin berat menapaki 2011. Selain berbagai persoalan yang membelit sepanjang 2010, rencana larangan seluruh mobil berpelat hitam menggunakan BBM bersubsidi, diduga akan semakin menambah beban industri.
"Untuk sektor tekstil, misalnya, selain bencana yang kemarin terjadi di Kab. Bandung, saat ini mereka juga sedang dibebani kenaikan harga bahan baku yang terus-menerus," ujarnya.
Ina menilai, kalaupun pemerintah tetap bersikeras merealisasikan larangan penggunaan BBM bersubsidi bagi pelat hitam, harus diikuti dengan kebijakan yang berpihak kepada sektor usaha.
Imbasnya kecil
Sebaliknya, menurut Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat, rencana larangan penggunaan BBM bersubsidi bagi mobil pelat hitam tidak akan berpengaruh buruk terhadap in-dustri, khususnya tekstil. Kalaupun ada, imbasnya sangat kecil dan hanya menyebabkan kenaikan biaya produksi pada kisaran 2-3 persen.
"Pengaruh memang ada, tapi kecil. Peluang PHK juga sangat kecil karena selama ini industri umumnya sudah menggunakan BBM nonsubsidi. Industri besar cukup melakukan restrukturisasi mesin, sudah bisa berdaya saing," tuturnya.
Kendati demikian, dia tidak menampik bahwa pengaruh terhadap industri kecil dan menengah cukup besar. Namun, menurut Ade, hal itu juga bisa diselesaikan dengan restrukturisasi mesin. "Biaya BBM untuk distribusi itu kecil, yang besar itu justru punglinya. Kalau mau, justru punglinya yang diberantas," tuturnya. (A-150)***
Dari dua wacana diatas sudah cukup jelas bahwa pembatasan subsidi BBM membawa pengaruh dan dampak yang cukup berarti bagi sektor industri dan perdagangan.
Dampaknya adalah sebagai berikut :
ü Banyak karyawan terancam menganggur
ü Banyak pelaku industri dan perdagangan akan mengalami kegagalan usaha, khususnya sektor industri tekstil dan produk tekstil yang saat ini sedang mulai berkembang
ü Biaya distribusi dan transportasi akan meningkat cukup signifikan
ü Tidak tertutup kemungkinan bahwa harga bahan baku pun akan ikut melonjak naik seiring naiknya harga bahan bakar minyak (BBM)
ü Naiknya laju inflasi pada tahun ini.
Cukup jelas bahwa pembatasan subsidi BBM membawa pengaruh yang sangat besar dan signifikan terhadap sektor perdagangan di Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah seharusnya mengadakan wacana ulang terhadap rencana yag telah ditetapkan, ditinjau kembali secara bijak dan jangan hanya menggunakan kepentingan sendiri saja. Lalu dimusyawarahkan kembali kepada rakyat dan khususnya para pelaku yang terlibat di dalam sektor perdagangan.
Jika hal ini dapat ditinjau kembali dengan baik atau bahkan mencari jalan keluar yang lain agar sektor perdagangan di Indonesia dapat terselematkan, maka Indonesia akan menjadi negara yang lebih maju dan sejahtera. Namun harus diingat, Indonesia adalah negara yang memberikan kebebasan kepada warganya agar dapat mengeluarkan pendapat masing-masing. Jadi, buatlah keputusan dan peraturan sesuai dengan kemauan dan kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan pmerintah semata.
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN
Dengan adanya pembatasan BBM beberapa waktu kedepan,sangat tidak mungkin untuk tetap mengharapkan sektor-sektor perdagangan di Indonesia beroperasi sebagaimana mestinya. Mungkin nanti akan banyak pedagang kecil menengah kebawah yang gagal dalam menjalani usaha mereka, banyak pula karyawan yang (mungkin) di PHK, terjadi inflasi dalam sektor ekonomi dan masih banyak lagi. Banyak pihak yang melihat bahwa pembatasan subsidi BBM lebih mengarah ke sisi negatif daripada ke sisi positif (dan saya pun beranggapan demikian). Walaupun pemerintah beranggapan bahwa dengan diadakannya pembatasan subsidi BBM membawa banyak dampak positif, namun dengan keadaan ekonomi dan struktur negara kita sekarang ini, usaha pemerintah kali ini sepertinya akan berbuah sia-sia dan (mungkin) akan memperburuk keadaan perdagangan dan perekonomian di Indonesia. Tetapi, who knows? Mungkin dalam beberapa tahun kedepan dengan sejalannya peraturan baru ini, Indonesia dapat menjadi lebih baik (amin). Karena itu semua adalah rencana pemerintah dan sudah tertuang di dalam peraturan baru yang sepertinya tidak akan bisa diubah :)
